Inilah Kisah Herayati, Anak Tukang Becak yang Lulus S2 dalam 10 Bulan - Nama Herayati Sawitri warga
Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon menjadi viral karena banyak
diperbincangkan masyarakat berkat keberhasilannya menjadi dosen Institut
Teknologi Bandung (ITB) diusianya yang masih terbilang sangat muda. Tentunya
kisah tersebut membuat banyak orang kagum kepadanya.
Ayahnya, Sawiri, adalah
seorang tukang becak dengan penghasilan Rp 12 - 15 ribu per harinya. Secara
logika bisa kita bayangkan jangankan untuk menguliahkan, membiayai kebutuhan
sehari-hari saja tidak cukup. Pekerjaan ayahnya tersebut yang hanya sebagai tukang
becak di daerah Perumahan Krakatau Steel, Cilegon, Banten, bukan dijadikan
alasan baginya untuk berhenti berjuang.
Walaupun mempunyai
keterbatasan ekonomi, tetapi hal tersebut tidak membuatnya berputus asa dan menghentikan
langkahnya untuk terus mengejar cita-citanya untuk kuliah ditempat yang telah
diimpi-impikannya untuk menempuh pendidikan tinggi. Justru dengan keterbatasan
tersebut Hera sapaan dari namnya, bertekad untuk benar-benar mewujudkan
mimpi-mimpinya.
Tidak hanya bisa berkuliah
diuniversitas impiannya saja, Hera yang merupakan anak seorang tukang becak
ini, bisa melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu S2. Yang
menjadi inspirasi adalah bagaimana dara asal Cilegon ini bisa lulus jenjang S2
dengan waktu yang sangat cepat dan menjadi dosen di ITB diumur yang sangat
belia.
Awal Mula Meraih Prestasi
Awal Kisahnya yang
menginspirasi banyak orang, ia diperbincangkan dan dikenal oleh orang-orang
karena dia berhasil lulus dari ITB berpredikat cumlaude dengan IPK 3,77.
Keberhasilannya tersebut berhasil membuat publik takjub, dia bisa lulus dengan
predikat cumloude dengan hasil yang sangat memuaskan walaupun dia berasal dari
keluarga yang kurang mampu.
Artikel Terkait : Kisah
Inspiratif Anak Buruh Tani Juara MTQ Internasional
Beberapa Prestasi Cemerlang yang Berhasil Diraih
Ternyata prestasinya tak
hanya sampai pada jenjang S1 saja, tetapi Herayati pun dapat menorehkan
prestasinya pada jenjang S2 di ITB yang membuat orang-orang kagum akan
prestasinya tersebut. Jika pada umunya mahasiswa bisa menyelesaikan S2 dalam
jangka 2 tahun, ia hanya bisa menyelesaikan dalam jangka waktu 10 bulan saja.
Ia berhasil lulus dengan sangat memuaskan, cumlaude dengan IPK 3,8.
Setelah ia berhasil
menyelesaikan masa kuliahnya pada jenjang S2, kini ia menjadi dosen kimia
dikampus dimana ia menuntut ilmu. Ia mulai menjalankan tugasnya pada September
2019.
Selain prestasi diatas dara tersebut
bahkan langganan penghargaan Dean'st List enam kali berturut-turut. Dean'st
List sendiri merupakan penghargaan dari Dekan
FMIPA karena prestasi akademik yang baik dengan nilai rata-rata (NR) yang selalu
berada di atas 3,5 sejak semester 1 tahun 2015 sampai semester 1 tahun 2017.
Sedangkan Hera berhasil lulus predikat cumlaude dengan IPK 3,77 dari ITB.
Selain itu, ia juga mempunyai
kesempatan untuk mengikuti program magister melalui program jalur cepat S1-S2
(fast track) dan telah menyelesaikan 12 SKS mata kuliah program magister dengan
nilai rata-rata 3,75.
Tidak hanya itu saja ia juga
berhasil menyelesaikan kuliahnya setelah dirinya lulus predikat Cumlaude dengan
IPK 3,77 pada 2018 lalu. Bahkan, putri dari pasangan suami istri Sawiri (66)
dan Durah (62) ini sempat mendapatkan IP 4,00 pada semester lima.
Prestasi lainnya yang ia
peroleh adalah dimana dia juga pernah menjadi delegasi Indonesia dalam acara
Asia Pasific Future Leader Conference 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Semuanya ia lalui tentunya
melalui proses yang panjang. Sejak SMA, Hera mulai mengerjakan soal-soal
seleksi perguruan tinggi. Bahkan, dia sempat mendapatkan beasiswa untuk belajar
di bimbingan belajar sebagai persiapan seleksi perguruan tinggi, berkat dari
kegigihannya tersebut.
Ketika SMA ia ikut try out
SBMPTN yang ada soal ITB-nya. Ketika itu se-Banten ia berhasil mendapat
peringkat keempat nilainya. Sedangkan peringkat 1-5 se-Banten mendapatkan
beasiswa dari bimbingan belajar tersebut.
Perempuan yang pernah
bersekolah di MAN 2 Cilegon ini rupanya masuk ke ITB melalui jalur SBMPTN. Saat
pendaftaran SNMPTN ia pernah gagal diterima di ITB. Ketika mendaftar seleksi bersama itu, dia juga mendaftar
beasiswa bidik misi.
Artikel Terkait : Demi
Merawat 9 Adiknya Pemuda Yatim Piatu Ini Korbankan Kuliahnya
Ternyata sebelum masuk ITB
Hera lebih dulu diterima di sebuah universitas negeri di Jakarta. Singkat cerita,
Hera lebih memilih ITB ketimbang perguruan tinggi tersebut. Dia akhirnya bisa
masuk melalui jalur SBMPTN dan menerima beasiswa bidik misi.
Selama kuliah di ITB, dia
pun mengaku tak pernah kekurangan dari segi ekonomi meskipun keluarganya
terbatas. Hera yakin bahwa rezeki selalu ia dapatkan semasa kuliah. Selama masa
kuliah, dia mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon, Kepala Staf Kepresidenan
Indonesia dan Menko Kemaritiman.
Selain itu, untuk
mendapatkan uang tambahan untuk mencukupi kebutuhannya, Hera juga bekerja paruh
waktu sebagai guru privat bagi mahasiswa tingkat pertama ITB.
Semua prestasinya ia raih berkat
usaha, dukungan kedua orangtua, keinginan, dan kedisiplinannya,
Walaupun dari keluarga yang tidak punya, mereka selalu mendukung walaupun tidak
melalui materi. Doa kedua orang tuanya yang luar biasa. Herayati berhasil
membuktikan jika ia mampu menjadi salah satu lulusan terbaik ITB.
Sosok Kedua orang tuanya
adalah sosok yang terus membuat Hera tetap semangat menjalani studi di ITB. Semangat
itu, ujarnya, juga harus dibarengi dengan rajin beribadah dan berdoa. Ia selalu
mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya, mereka tidak pernah mengeluh
walaupun kondisi ekonomi dalam keadaan terbatas. Dari itulah Hera berusaha
untuk terus berprestasi di ITB.
Kuliah di ITB Karena Terinspirasi oleh Guru SMP
Ternyata keinginannya untuk
kuliah di ITB sudah dimilikinya sejak bersekolah dibangku SMP. Keinginan
tersebut mucul karena ada seorang guru yang juga lulusan ITB menceritakan
tentang kisahnya kuliah di ITB dan mendapatkan beasiswa full. Pada saat itulah
ia mempunyai keinginan kuat dalam pikirannya untuk kualiah di ITB, ia hanya
fokus untuk masuk ITB saja. .
Keputusannya untuk
melanjutkan kuliah dijurusan kimia didasari karena pelajaran kimia adalah mata
pelajaran favorit ketika SMA. Mengambil keputusan untuk kuliah di ITB juga
memang tepat karena memang jurusan kimia terbaik di Indonesia adalah di ITB.
Untuk menyekolahkan anak di
universitas ternama mungkin tak pernah terbayangkan oleh orang tua Herayati, Sawiri
(67) dan Durah (63). Mereka sempat membayangkan biaya yang tinggi yang membuat
mereka khawatir. Namun demi anaknya, mereka tak menampakkan kekhawatiran
tersebut di hadapan anaknya.
Bahkan orang tuanya
mendorong untuk masuk ITB, dan tidak mempermasalahkan biaya. Selain itu
tetangga Herayati juga turut meyakinkan kedua orang tuanya untuk tetap menguliahkan
Herayati.
Pernah Gagal Masuk ITB
Kelulusan Hera dengan
predikat cumlaude dengan IPK 3,8, bukan berarti tanpa mengalami kegagalan. Hera
mengaku pernah gagal masuk ITB diseleksi pertama melalui jalur undangan. Hal
tersebut tidak membuat ia patah semangat. Ia mengikuti kembali seleksi
berikutnya melalui tes tertulis dan lolos di Teknik Kimia.
Hera mendapatkan sejumlah
beasiswa pada awal tahun kuliahnya, diantaranya dari program bidik misi dan
bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon. Tetapi beasiswa yang didapatnya terkadang
masih kurang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Sementara jika ia
mengandalkan kiriman dari orang tuanya juga dirasa sulit dan msutahil. Ayah Hera
bekerja sebagai pengayuh becak, sedangkan ibunya hanyalah ibu rumah tangga
biasa. Akhirnya ia mencari tambahan biaya, mulai dari jadi asisten dosen hingga
mengajar bimbel/privat.
Setelah lulus S1 pada tahun
2018, Herayati mengaku sempat diminta datang untuk menjadi dosen Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Namun ketika itu Hera baru lulus S1, jadi ia
belum memungkinkan untuk menjadi dosen karena syarat menjadi seorang dosen
adalah S2.
Hal ini tentu saja membuat
Hera senang, menjadi dosen adalah cita-citanya sejak kecil. Hera kemudian
mengisahkan setelah lulus S2, pihak Untirta akan menghubungi kembali Hera untuk
menjadi dosen luar biasa di Jurusan Teknik.
Ketika kuliah ia mempunyai
niat untuk menjadi dosen didaerahnya, cilegon banten. Ia ingin membanktikan
diri kepada daerah yang sudah mendukungnya selama studi di ITB. Ia juga sangat
senang mengajar dan meneliti.
Keberhasilannya menjadi dosen
di Universitas ternama ternyata tak membuat Hera merasa berpuas diri dan juga
berhenti bermimpi. Ia mempunyai mimpi baru untuk dikejar, yaitu menjadi PNS
diusia muda. Ia berkeinginan menjadi dosen tetap tetapi sebagai PNS. Sambil
menunggu penerimaan, ia menjadi dosen luar biasa terlebih dahulu untuk
sementara waktu di teknik untuk kimia dasar.
Artikel Terkait : Mahasiswa
Aceh Temukan Alat Penonaktif Sinyal HP di Masjid
Mendapat Paket Umroh Gratis
Setelah lulus S1 dan S2 dari
Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan predikat cumlaude, Herayati kini
mendapatkan paket umrah gratis. Paket umrah gratis tersebut diberikan oleh NRA
Foundation.
Dia sangat bersyukur karena
Allah SWT sudah sangat banyak memberinya rezeki dalam berbagai bentuk. Salah
satunya adalah melalui umrah tersebut. Ternyata pergi ketanah suci Mekkah untuk
beribadah adalah keinginan Herayati sejak lama, bahkan ia sempat mulai
mengumpulkan uang untuk bisa pergi ke tanah suci Mekkah.
Berkat prestasinya yang
ramai diperbincangkan tahun lalu, maka tergeraklah hati mereka yang ingin
menolongnya untuk berumroh ke tanah suci. Ketika itu orang tua Hera yang
berangkat umrah, sedangkan ia tak ikut. Tentunya Apresiasi positif ini
diharapkannya bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Setelah umrah, Hera masih
memiliki impian lainnya. Ia ingin memberangkatkan haji orang tuanya dari hasil
jerih payahnya sendiri suatu hari nanti. Founder NRA Group, Irmawati Mochtar
mengatakan awalnya mengetahui kabar mengenai Herayatai dari sejumlah
pemberitaan di media online.
Setelah membaca kisah
perjuangan Hera, hatinya tergerak. Pihaknya akhirnya memberikan apresiasi dalam
bentuk paket umrah gratis. Irmawati Mochtar mengatakan bahwa Tidak ada yang
tidak mungkin jika Allah SWT sudah berkehendak. Setelah mengetahui prestasi
Herayati dari berita, ia menggerakkan hati untuk memberikan umrah gratis kepada
anak bangsa yang berprestasi.
Ia mengaku kagum kepada Hera
yang berhasil lulus S2 kurang dari satu tahun. Karena itu, apresiasi dalam
bentuk pemberian paket umrah tersebut diharapkan dapat menjadi bentuk dukungan
juga. Ia berharap Hera terus mencapai impiannya.
Demikianlah kisah Herayati anak tukang becak yang berhasil menorehkan beberapa prestasi walaupun banyak keterbatasan yang ada pada keluarganya. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk terus berjuang walau apapun keadaan kita sekarang. Hendaknya keadaan yang ada tidak menjadi halangan bagi kita untuk meraih kesuksesan. Kisah ini memberikan pelajaran bagi kita untuk menembus batas dengan terus berjuang dan berdoa.
Demikianlah kisah Herayati anak tukang becak yang berhasil menorehkan beberapa prestasi walaupun banyak keterbatasan yang ada pada keluarganya. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk terus berjuang walau apapun keadaan kita sekarang. Hendaknya keadaan yang ada tidak menjadi halangan bagi kita untuk meraih kesuksesan. Kisah ini memberikan pelajaran bagi kita untuk menembus batas dengan terus berjuang dan berdoa.
Sumber :
https://suar.grid.id/read/201799233/inilah-kisah-herayati-seorang-anak-tukang-becak-yang-berhasil-jadi-dosen-kimia-di-usia-22-tahun?page=all
https://intisari.grid.id/read/031799566/kisah-herayati-anak-tukang-becak-yang-lulus-s2-hanya-dalam-10-bulan-seperti-ini-kabarnya-sekarang?page=all
https://news.detik.com/berita/d-4638545/anak-pengayuh-becak-asal-cilegon-lulus-s2-cum-laude-di-itb
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus