Madu yang dihasilkan di
Negara-negara tropis dengan curah hujan dan kelembaban tinggi seperti di
Indonesia pada umumnya lebih encer daripada madu yang dihasilkan di
Negara-negara subtropis. Hal ini disebabkan oleh karena ketika turun hujan,
lebah madu tidak bisa keluar sarang.
Jika hujan turun terus
menerus dalam masa panen, maka madu yang dihasilkan akan menjadi lebih sedikit
daripada biasanya atau sama sekali tidak bisa dipanen. Gagal panen merupakan
musibah bagi peternak lebah. Karena dengan demikian, peternak lebah harus
memindahkan koloni lebah ke lokasi lain yang menghasilkan nektar.
Untuk mengatasi gagal panen,
jika hujan turun lebih sering daripada biasanya, peternak lebah biasanya
memanen madu lebih awal. Akibatnya madu murni yang dihasilkan menjadi lebih
encer. Karena madu disarang belum terlalu matang atau kelembabannya masih
tinggi. Hal ini berbeda jikalau musim panas tiba maka madu murni yang
dihasilkan akan lebih kental dikarenakan suhu di dalam sarang juga membantu
mengurangi kadar air madu selain para lebah pekerja juga mengipasi dengan
sayapnya.
Begitu pula lebah madu yang
berada di iklim subtropis yang lebih kering maka akan menghasilkan madu yang
lebih kental, dikarenakan suhu udara dan juga nektar bunga tanamannya.
Cair atau tidaknya madu
terlihat dari kadar air di dalamnya. Jika melebihi 19 persen akan terlihat
lebih encer. Namun kadar air tinggi bukan berarti madu tersebut dioplos dengan
air. Kalau madu hutan itu memang encer,
karena lebah sangat bebas mengambil makanan di hutan. Ada buah yang kadar
airnya tinggi ada juga yang rendah. Sarang lebah hutan itu sangat dipengaruhi
alam, hujan angin
Madu yang mempunyai kadar
air yang lebih banyak bisa juga tembus tisu, Koran ataupun kertas. Hal tersebut
karena dipengaruhi oleh kadar airnya yang banyak. Hal tersebut tidak mempengaruhi
keaslian madu itu sendiri.
Memang untuk mengetes madu
asli yang kadar airnya sedikit bisa menggunakan tisu dan Koran. Bisa juga
dimasukkan dalam kulkas atau freezer dan madu tersebut tidak beku. Tetapi bagi
madu yang mempunyai kadar air yang banyak bisa membuat madu tersebut beku
(Mengkristal).
Perlu kita ketahui salah
satu sifat madu adalah dapat menyerap “air” yang berada di sekitarnya membuat si madu menjadi
lebih encer jika disimpan pada tempat
terbuka (wadah tidak ditutup rapat).
Selain itu, sebagai negara
tropis, kelembaban lingkungan kita juga
tinggi, hal ini juga mempengaruhi kandungan air madu, sehingga madu
– madu di negara tropis cenderung lebih
encer jika dibandingkan negara
subtropis. Apalagi jika dibandingkan dengan daerah timur tengah.
Madu idealnya memiliki kadar
air dibawah 20%, sesuai dengan standar
madu nasional dengan toleransi hingga 22 %. Sementara pada
kenyataannya, madu hutan memiliki kadar
air antara 22 -28%. Jika pada musim penghujan, kadar air madu akan meningkat. Madu asli dari Sumatra dan Riau
yang memiliki kadar air 22% sampai 26% tentu akan meresap di atas Koran ataupun
tisu.
Kandungan air madu
sangat dipengaruhi alam, apalagi madu
hutan yang berasal dari hutan tropis yang
terkenal lembab (curah hujan tinggi), otomatis madu yang dihasilkan juga memiliki kadar air yang tinggi. Hanya
saja saat-saat musim kemarau biasanya
kadar air akan sedikit turun.
Madu yang dihasilkan dari
lebah hutan Indonesia kadar airnya rata-rata diatas 20 %, bahkan madu dari
hutan Sumatra, kadar airnya bisa mencapai 22% – 26 % (cukup tinggi). Tentunya
dengan kadar air yang tinggi, maka madu ketika disimpan dalam freezer pasti
akan mengkristal.
Sumber :
https://madubinaapiari.co.id/madu-encer-dan-madu-kental-kenapa
https://travel.kompas.com/read/2018/10/24/171800727/5-mitos-madu-yang-beredar-di-masyarakat?page=all
https://web.facebook.com/notes/abdul-munir-kakmu/wasms-0857-3026-2448-manakah-yang-benar-madu-asli-encer-atau-kental-distributor-/1365143806872019
https://faktual.net/mitos-tentang-madu-yang-beredar-di-masyarakat
0 Comments:
Berkomentarlah dengan bijak!