Pada kesempatan
kali ini kita akan membahas anak negeri yang telah berhasil menciptakan Aplikasi Alternatif WhatsApp. Berkenalan dulu dengan gadis hebat asal kebumen Novi
Wahyuningsih, yang berpenampilan biasa saja dan tidak neko-neko serta sikapnya
yang ramah sebagaiamana sikap perempuan desa pada umumnya. Dibalik sikapnya
yang biasa saja ternyata dia adalah seorang pengusaha sekaligus programer
handal.
Diusia mudanya
25 tahun, dia sudah menjabat sebagai Direktur Utama di sejumlah perusahaan IT
(Teknologi Informasi) yang didirikannya. Sebut saja PT Wahyu Global Abadi, PT
Rise Solution International, dan PT Callind Network International.
Sejumlah produk
IT telah ia ciptakan, salah satunya adalah Callind. Aplikasi media sosial
tersebut mirip dengan WhatsApp, BBM, dan Telegram yang berfungsi sebagai media
chating, broadcast message, kirim foto, telepon, hingga video call.
Walaupun belum
dilaunching secara resmi, tapi aplikasi ini sudah tersedia dan dapat diunduh di
Play Store. Novi Wahyuningsih menjelaskan pada SindoNews.com,
Selasa (19/9/2017) bahwa aplikasi ini akan resmi diluncurkan bersamaan dengan
peresmian kantor di Jakarta pada November yang akan datang.
Sebenarnya
Callind bukanlah aplikasi pertama yang dibuat oleh Novi. Dia juga mengembangkan
aplikasi MeoTalk pada awal 2015, Di bawah perusahaan Global Century Limited
yang berbasis di Malaysia.
Fitur yang
disediakannya sama dengan aplikasi lain seperti WhatApp dan BBM,
diantaranya adalah mengobrol dengan tulisan¸ suara, dan video. Aplikasi
ini juga menyediakan uang virtual, G-Point yang bisa dibelanjakan di toko yang
telah menjalin kerja sama.
Karena
keberhasilannya dengan aplikasi pesan di Negeri Jiran, maka pada Desember 2015
dia ditunjuk sebagai CEO MeoTal Indonesia yang bertugas untuk
mengembangkan aplikasi tersebut di Indonesia. Peluncuran diadakan di Yogyakarta
yang diikuti oleh beberapa perwakilan MeoTalk dari negara lain.
Novi
Wahyuningsih ingin mengembangkan diri tanpa terikat dengan siapapun. Aplikasi
MeoTalk ciptaannya telah dilepaskan kepada perusahaan yang menaunginya
terdahulu. Saat ini ia sedang fokus pada Callind yang diklaim sebagai aplikasi
chatting buatan asli anak Negeri. Dia berharap agar aplikasi Callind bisa
diterima oleh masyarakat Indonesia dan Dunia.
Spekulatif
Setiap
kesuksesan tentu memerlukan perjuangan, begitupun dengan Novi. Dia tidak begitu
saja mendapatkan kesuksesan tersebut. Semenjak kuliah anak pasangan Darman (52)
dan Rasmi (45) sudah mengikuti bisnis Multi Level Marketing (MLM), ketika itu
ia masih semester 2 D3 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM.
Artikel Terkait
: Mobil Berbahan Bakar Air Karya Anak Bangsa
Ia menjual motor
kesayangannnya dengan harga Rp. 3 Juta. Berkat ketekunann dan kegigihannya ia
bisa mencapai jajaran atas bisnis MLM dalam jangka waktu 8 bulan saja. Namun
setelah itu, ia pun memustuskan untuk keluar dari bisnis tersebut karena tidak
sesuai dengan hati nuraninya.
Novi yang
menyesaikan pendidikan sarjananya di STIE Putra Bangsa Bekasi ini,
mengakui bahwa dari bisnis MLM lah ia mulai pertama kali belajar bisnis,
ia yang tadinya pendiam dan hanya fokus nilai cumlaude saja di kampus akhirnya
mulai belajar leadership dan marketing.
Kemudian Novi
kembali fokus untuk melanjutkan kuliahnya setelah sempat berantakan karena
mengikuti bisnis MLM. Dia tekun belajar sambil bekerja untuk menutupi
kekurangan dari kiriman orang tuanya yang hanya Rp. 200.000 perbulan. Dari pagi
sampai sore ia kuliah, kemudian pada malam hari ia bekerja di warnet. Ketika
bekerja menjadi penjaga warnet inilah ia mulai belajar trading, membuat blog,
website, dan sedikit menjadi hacker.
Gadis asal
Tepakyang, Kecamatan Adimulyo, Kebumen ini cukup spekulatif. Dia lagi-lagi
berani mengambil resiko untuk menjual laptopnya Rp. 3 juta untuk bermain
trading forex dan valas secara online. Namun berkat penguasaanya terhadap ilmu
forex tersebut, modalnya bisa berkembang menjadi Rp25 juta.
Kehidupan Novi
pernah diwarnai dengan kegagalan. Peraih gelar Magister Manajemen dari
Universitas Bina Nusantara Jakarta ini pernah tidak terpilih sebagai anggota
DPR pada Pemilihan Legislatif 2014 lalu.
Dia yang menjadi
salah satu caleg termuda gagal mendapatkan suara maksimal dari daerah pemilihan
(dapil) Jawa Tengah VII (Kebumen, Purbalingga, Banjarnegara). Apakah Novi
kapok? Menurutnya, untuk saat ini dia masih merasa nyaman dengan bisnis yang
sedang dia geluti. Ia akan berkecimpung dalam politik setelah perusahaan
yang ia kelola bagus (sukses).
Demikianlah
artikel yang membahas tentang gadis kebumen yang berhasil menciptakan Aplikasi Alternatif WhatsApp. Mudah-mudahan kisah ini bisa menginspirasi kita untuk
berkarya demi negeri kita tercinta ini.
0 Comments:
Berkomentarlah dengan bijak!